Di samping kegemilangan menara
ilmu Universitas al-Azhar yang banyak mencetak generasi-generasi yang menguasai segi keilmuan bidang keislaman terdiri yang dari
fak.Syari'ah Islamiyah, fak.Ushuluddin dan fak.Tarbiyah yang memang gelar keilmuannnya
tidak luput pula dari sosok munculnya masa-masa pembangunan lewat perjuangan
pembangunan islam di zaman dahulu kala.
Tak luput dari bangunan yang
bersebelahan berupa Masjid al-Azhar yang sejarahnya kian lampau tak
terjelaskan, tak tergoreskan oleh pena yang hanya terbesit di hati adalah rasa
kecintaan diri terhadap masa masa gemilang kejayaan islam. Dikisahkan masa itu
pada masa pembangunan pertama kali dibangun oleh Panglima Jauhar al-Shiqilliy
sejak tahun 359H/970M yang banyak melewati masa perubahannya seiring masa
pemerintahan oleh Dinasti Fathimiyah, Dinasti Ayubiyah pada masa kepempimpinan
oleh Sholahuddin al-Ayyubiy dan masuklah ajaran ajaran pertama dari kaum
syi'ah yang pertama kali dikumandangkan dan masa masa peralihan ketika kaum
Sunni memasuki wilayah penguasaan Sunni dalam segala aspek ke-al-Azharan serta
perubahan perubahan masa politik lainnya.Itulah sekelumit perubahan yang
kikisan sejarahnya masih menyisakan pengaruh pengaruh pada ajaran keislaman
dalam bidang keilmuan dan pemikiran.
Sosok Masjid al-Azhar yang
pengajarannya dimulai oleh Ketua Mahkamah Agung Abu Hassan Ali bin Nu'man
dengan kitabnya ar-Risalah dimulailah dari situ pengajaran agama pertama kali
di dalam masjid. Yang hingga setelah adanya perubahan ajaran masuknya islam
sunni dunia (dan sampai kini masih terus berjalan) lewat tiang tiang masjid al-Azhar. Model Pengajaran bidang keilmuan didasarkan dari berbagai macam keilmuan
yang diajarkan pada masa itu di bawah tiang tiang masjid, yang mana pada setiap
tiangnya diajarkan bagian cabang cabang maupun ilmu pokok yang berbeda yang
berkenaan membuka hikmah dari al-Qur'an dan Hadist Rasulullah Saw.
Para murid menyimak apa yang
disampaikan oleh sang guru atau Syaikh biasa sebutannya dan beliau
menjelaskan dengan seksama dan mendalam, seakan ada satu inti yang akan
sidampaikan oleh sangSyaikh yaitu; aura ilmu kenabian dan pegangan
keilmuan yang biasa kita sebut ilmu Riwayah/sanad,Dirayah
dan Tazkiyah.
Sedikit pemaparan tentang penting
ilmu dalam segi Riwayah.
Dalam pendapat Ulama-Ulama Islam manapun yang ada di dunia ini, segi keilmuan Riwayah amatlah penting. Karena Riwayah pula yang akan membuktikan
bahwasanya ilmu itu masih berkesinambungan dalam penyampaianna sampa ke
Rasulullah Saw. melalui Syafawiyyan/Musyafahatan.
Seperti yang dikatakan dalam sebuah kalimat "kalaulah tanpa sanad, maka setiap
orang akan mengatakan sekehendaknya",maka benarlah kalimat tersebut apa
adanya. Karena mereka sosok para Ulama berkeyakinan bahwa Ilmu adalah warisan
dari Para Anbiya' atau para Nabi yang disucikan keberadaannya dan Anbiya tidak
mewariskan sesuatupun kecuali ilmu. Maka sudah sekehendaknya para Ulama
menyampaikan ilmu tersebut sampai ke tangan para penuntut ilmu agar
tersampaikan sisi Riwayat,Dirayah
dan Tazkiyahnya.
Maupun dalam segi Dirayahnya,
atau biasa sebutan isi atau hikmah dari pada suatu ilmu. Peran ilmu ini tidak
kalah pentingnya selain dalam dirayah ang menjelaskan akan isi daripada ilmu
tersebut yang dijelaskan di dalamnya ta'rif, maudhu' dan Ghoyah/tsamroh dari
suatu ilmu. Tak kalanya penulis ingin menyampaikan tentang kepentingan Dirayah bahwa dengan model syafawiyah/musyafahah inilah akan tersinar sosok dari
seorang guru kepada murid muridnya, bahwa betapa penting ini seakan akan inilah
yang akan mewariskan sosok-sosok pada Ulama mendatang. Karena seorang murid
yang senantiasa mengikuti pelajaran pelajaran keilmuan dalam suatu bidang dan
menekuninya hingga mendalam maka ia akan mendapatkan ilmu keyakinan dalam
dirinya serta sosok Ruh
Anbiya memalui para
Ulama, dan itu terbukti hingga kini. seakan para murid telah jatuh Cinta pada Ruh Anbiya' yang terdapat
dalam sosok Ulama kini. Allah Ya
Salaam.
Maka benarlah yang dikatakan
dalam suatu bait yang berbunyi "man
yakun akhizan 'li'ilmin 'an shuhufin, fa 'ilmuhu 'inda ahlil 'ilmiy kal
'adamiy" bahwa
barangsiapa yang mengambil suatu ilmu daripada suatu kitab (ataupun dari buku)
maka ilmunya adalah 'ketiadaan' bagi sosok para Ulama. yang mengartikan bahwa
pentingnya mendapatkan suatu ilmu itu dari seorang guru denganSyafahatan/Musyafahah dibandingkan dengan orang yang hanya
membaca kitabnya saja, bahwa ia tidak sampai kepadanya jiwa dari seorang guru
kepada murid yang nanti akan sampai kepada kejiwaannya nanti dalam membimbing
masyarakat untuk bermanfaat pada umumnya. AllahuAkbar.
Rasa terima kasih atas dukungan
yang tak lupa penulis sampaikan kepada Orangtua yang telah mengirim anak
tersayangnya sampai di bumi kinanah ini,kepada para Masyayikh di Masjid al-Azhar sana atas segala rasa cintanya sampai mendidik diri ini terus menambah
kecintaan ini, sanak keluarga yang berada di kampung gedoeng dan pasar
rebo,sanak keluarga yang berada jauh disana di kampung serang banten atas
pendidikannya di sawah dan di kali,kawan kawan JMQ seperjuangan masa lalu di
masjid jami' Gontor Darussalam kawan sekamar yang telah membimbing dengan
kepenulisan ini, Asatidz dan Asatidzah dan kawan kawan Pondok Modern al-Zahra
Jakarta yang ikut berjuang menambah rasa cintanya pada ilmu yg kalu dijelaskan
cuma bisa dijelasin di hati, teh hangat dari kawan sekamar agak panas menemani
kenikmatan menulis, kawan kawan alumni Pondok Modern Darussalam yang akan
melaksanakan ujiannya atas rasa persahabatannya yang berkenan untuk saya tag
dan turut mengishlah catatan ini, adek adekku tercinta yang masih berjuang di Indonesia sana agar kelak nanti sampai ke negri kinanah ini dan menjadi anak yg
sholih dan sholihah Aamien, kawan kawan serumah atas rasa cintanya
memasak lauk ayam dan ikan untuk diri penulis tiap harinya, terakhir semua
kawan kawan yang belum saya tag karena jasa jasanya menambah ide ide lain
kepada diri penulis sepanjang hayat.Aamiin Ya Robbal 'alamien. oleh Ahmad Nur Amali
Tidak ada komentar