Kaum beragama mempunyai banyak argumen yang mendukung keyakinannya bahwa tuhan itu ada. Begitu pula sebaliknya, ateis pun mempunyai argumen yang mendukung gagasannya bhwa tuhan tidak ada. Karena perang argumen sudah sering terjadi dari zaman dahulu, maka kedua belah pihak selalu mengasah amunisi argumen-argumennya.
Argumen keteraturan dan kesempurnaan yang terdapat di alam semesta(Intelligent Design Argument), tidak pernah ketinggalan disampaikan oleh kaum beragama. Argumen ini menyatakan bahwa adanya keteraturan dan kesempurnaan di alam, menunjukkan adanya Pencipta yg sempurna yaitu Tuhan.
Menghadapi argumen ini, Ateispun tidak
tinggal diam. Diajukanlah apa yang disebut argumen ketidakteraturan di
alam(Poor Design Argument). Isi dari argumen ini menyatakan bhwa tuhan yang
sempurna mustahil ada dikarenakan adanya ketidaksempurnaan di alam. Dan memang
nyatanya terdapat banyak ketidakteraturan dan ketidaksempurnaan di dunia,
seperti bencana alam, kelaparan,
kejahatan, bayi yang lahir dalam keadaan cacat dan adanya ketidakadilan. Kalau tuhan yg sempurna itu ada, kenapa
terdapat banyak ketidaksempurnaan? Kalaupun ada, berati dia tidak sempurna. Tidak sempurna karena tidak mampu
menghilangkan ketidaksempurnaan di alam. Kalau tuhan tidak sempurna, maka tidak
layak lagi di sebut sebagai tuhan.
Ludwig Andreas Feuerbach |
Kaum beragama pun dengan cekatan menjawab
tuduhan ini. Kalau memang
tuhan berasal dari ide manusia, kenapa manusia tidak menciptakan tuhan yang
menuruti semua keinginan manusia saja ? Tuhan yang mengizinkan semua keinginan
manusia. Kenyataannya hampir semua konsep tuhan yang ada di dunia ini, selalu
dipenuhi adanya perintah-perintah maupun larangan-larangan. Yang dimana justru perintah dan larangan
tuhan tersebut banyak yang membatasi keinginan-keinginan manusia itu sendiri. Jadi
tidak beralasan apabila dikatakan bhwa tuhan berasal dari ide manusia.
Dengan berkembanganya ilmu pengetahuan, argumentasi-argumentasi juga mengalami perkembangan dan perbaikan. Masing-masing kubu mencoba memperkuat argumen masing-masing. Argumentasi akan di jawab dengan kontra argumentasi. Sebuah kritik akan di balas dengan kritik yang lain. Begitu seterusnya. Sebuah dialektika pemikiran yang cukup menarik.
Dengan berkembanganya ilmu pengetahuan, argumentasi-argumentasi juga mengalami perkembangan dan perbaikan. Masing-masing kubu mencoba memperkuat argumen masing-masing. Argumentasi akan di jawab dengan kontra argumentasi. Sebuah kritik akan di balas dengan kritik yang lain. Begitu seterusnya. Sebuah dialektika pemikiran yang cukup menarik.
Muncul sebuah pertanyaan, kalau begitu
adakah argumen yang tak terbantahkan ?
Kalau 'tak terbantahkan' diartikan tidak mempunyai kritikan, tentu tidak ada. Sepengetahuan saya, semua argumen mempunyai kritikan. Namun ada sebuah argumen yang menurut saya, walaupun bisa dikritik, tetapi ide dasarnya tetap kokoh. Dengan kata lain, kritikan-kritikan yang ada, tidak meruntuhkan ide dasar dari argumen tersebut tersebut.
Argumen Gambit Pascal
Kalau 'tak terbantahkan' diartikan tidak mempunyai kritikan, tentu tidak ada. Sepengetahuan saya, semua argumen mempunyai kritikan. Namun ada sebuah argumen yang menurut saya, walaupun bisa dikritik, tetapi ide dasarnya tetap kokoh. Dengan kata lain, kritikan-kritikan yang ada, tidak meruntuhkan ide dasar dari argumen tersebut tersebut.
Argumen Gambit Pascal
Gambit pascal atau yang lebih di kenal
sebagai Pascal's Wager sebenarnya adalah argumen klasik. Argumen ini
dipopulerkan oleh Blaise Pascal. Seorang ahli matematika kristen yang hidup
pada abad ke 18 M. Kejeniusannya dalam bidang matematika tidak diragukan lagi.
Blaise Pascal |
Isi dari argumen ini kurang lebih :
'' Keberadaan tuhan memang tidak dapat
dipastikan 100% ketika manusia masih hidup. Namun dalam ketidakpastian
tersebut, manusia harus tetap memilih. Memilih percaya atau tidak. Dalam keadaan seperti ini, posisi paling
aman adalah memilih untuk percaya bhwa tuhan ada.
Alasannya : jika nanti -setelah kematian-
terbukti bhwa tuhan tidak ada, maka tidak ada kerugian bagi pihak yang memilih
percaya. Sama halnya dengan pihak yang memilih tidak percaya. Keduanya
sama-sama tidak mengalami kerugian maupun keuntungan apapun.
Akan tetapi apabila tuhan terbukti ada, maka pihak yang percaya akan mendapatkan keuntungan yang dahsyat -surga-. Sedangkan pihak yang tidak percaya akan mendapatkan kerugian yang luar biasa -neraka-. Karena itu, posisi paling ideal dan aman bagi manusia adalah percaya bahwa tuhan itu ada. ''
Akan tetapi apabila tuhan terbukti ada, maka pihak yang percaya akan mendapatkan keuntungan yang dahsyat -surga-. Sedangkan pihak yang tidak percaya akan mendapatkan kerugian yang luar biasa -neraka-. Karena itu, posisi paling ideal dan aman bagi manusia adalah percaya bahwa tuhan itu ada. ''
Berdasarkan argumen di atas, tidak salah
apabila dikatakan bhwa posisi ideal bagi manusia adalah memilih untuk percaya
bhwa tuhan itu ada. Namun menurut saya, percaya pada keberadaan tuhan saja
belum cukup. Karena untuk memperoleh keselamatan dan keuntungan kelak, selain
percaya keberadaan tuhan, kita juga harus percaya pada tuhan yang benar. Sedangkan kita tahu, ada banyak tuhan yang
disembah di dunia ini. Tapi terlepas dari itu semua, menjadi orang yang percaya
tuhan tetap lebih aman dan untung daripada menjadi ateis.
- Montir Kepala-
- Montir Kepala-
aseeeek
BalasHapuswiiiiiy :D
BalasHapuskrn membaca ini : Jangan ampe lo pade SMP (setelah membaca pergi) gitu aje.....koment kek dikiiiiiiiiit,..ditunggu yeee ^_^
BalasHapusya udah ane komen :)
manteb :)